Selama berabad-abad, plastik konvensional dituding sebagai biang pencemaran lingkungan karena tidak membusuk di dalam tanah. Namun, saat ini sudah dikembangkan plastik biodegradable yang ramah lingkungan karena mudah melebur di tanah.
Plastik yang dimaksud dibuat dari material yang disebut polyhydroxybutyrate atau disingkat PHB. Material tersebut berasal dari senyawa organik yang diproduksi bakteri, tidak seperti plastik biasa yang dibuat dari minyak bumi.
PHB sudah banyak digunakan pada berbagai produk kemasan seperti botol minuman ringan hingga peralatan medis. Meskipun telah dikomersilkan sejak tahun 1980-an, penggunaannya masih terbatas karena sifatnya yang rapuh dan tidak dapat ditentukan masa urainya. Sebagai gantinya, para ilmuwan di Unversitas Cornell, New York, AS telah merekayasa agar plastik PHB lebih kuat dan cepat terurai. Kuncinya berada pada partikel lempung berdiameter beberapa nanometer (sepermiliar meter).
Partikel-partikel berukuran sangat kecil ini ditambahkan pada senyawa tersebut agar membantu proses kristalisasi yang memperkuat plastik. Di sisi lain, partikel-partikel tersebut juga bekerja sebagai katalis yang membantu degradasi saat di dalam tanah.
Plastik hibrida ini terbukti dapat terurai di ruang pengomposan dalam waktu tujuh minggu. Bahkan, kemampuan degradasinya dapat dikendalikan dengan mengatur komposisi partikel-partikel nano. Dengan waktu yang sama, plastik biasa tak akan rusak sama sekali. “(Plastik PHB) akan semakin penting perannya saat kita menghindari ekonomi berbasis minyak bumi,” ujar Emmanuel Giannelis, ilmuwan material di Cornell. Penggunaan PHB akan semakin meluas karena sekuat plastik konvensional dan ramah lingkungan. Giannelis dan koleganya melaporkan hasil terobosannya dalam jurnal Biomacromolecules edisi terbaru.(PHYSORG/WAH)
Kompas, 6 juli 2009
Plastik yang dimaksud dibuat dari material yang disebut polyhydroxybutyrate atau disingkat PHB. Material tersebut berasal dari senyawa organik yang diproduksi bakteri, tidak seperti plastik biasa yang dibuat dari minyak bumi.
PHB sudah banyak digunakan pada berbagai produk kemasan seperti botol minuman ringan hingga peralatan medis. Meskipun telah dikomersilkan sejak tahun 1980-an, penggunaannya masih terbatas karena sifatnya yang rapuh dan tidak dapat ditentukan masa urainya. Sebagai gantinya, para ilmuwan di Unversitas Cornell, New York, AS telah merekayasa agar plastik PHB lebih kuat dan cepat terurai. Kuncinya berada pada partikel lempung berdiameter beberapa nanometer (sepermiliar meter).
Partikel-partikel berukuran sangat kecil ini ditambahkan pada senyawa tersebut agar membantu proses kristalisasi yang memperkuat plastik. Di sisi lain, partikel-partikel tersebut juga bekerja sebagai katalis yang membantu degradasi saat di dalam tanah.
Plastik hibrida ini terbukti dapat terurai di ruang pengomposan dalam waktu tujuh minggu. Bahkan, kemampuan degradasinya dapat dikendalikan dengan mengatur komposisi partikel-partikel nano. Dengan waktu yang sama, plastik biasa tak akan rusak sama sekali. “(Plastik PHB) akan semakin penting perannya saat kita menghindari ekonomi berbasis minyak bumi,” ujar Emmanuel Giannelis, ilmuwan material di Cornell. Penggunaan PHB akan semakin meluas karena sekuat plastik konvensional dan ramah lingkungan. Giannelis dan koleganya melaporkan hasil terobosannya dalam jurnal Biomacromolecules edisi terbaru.(PHYSORG/WAH)
Kompas, 6 juli 2009
0 comments:
Post a Comment