Spiga

GANTI KANTONG PLASTIK ANDA !!

Dalam setahun, sekitar 1 trilyun kantong plastik digunakan oleh penduduk dunia. Ini berarti setiap menitnya ada sekitar 2 juta kantong plastik yang dibuang atau setiap orang menggunakan sekitar 170 kantong plastik tiap tahun. Padahal untuk memproduksi plastik, setiap tahunnya diperlukan 12 juta barel minyak dan 14 juta batang pohon yang mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer. Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar plastik terurai dalam tanah. Dengan mengubah kebiasaan menggunakan kantong plastik dan mengantinya dengan kantong degradable, maka anda telah berkontribusi dalam mengurangi dampak perubahan iklim

Kantong Plastik Dilarang di Toko-toko Los Angeles

Rita Uli Hutapea – detikNews
Los Angeles – Pemerintah kota Los Angeles, AS, akan melarang semua kantung plastik dari toko-toko mulai 1 Juli 2010. Pengumuman ini disampaikan menyusul aturan anti-polusi serupa yang telah diberlakukan di kota AS lainnya, San Francisco.

Mulai 1 Juli 2010 mendatang, semua pembeli di toko-toko harus menyediakan tas mereka sendiri untuk barang belanjaan. Atau mereka bisa membeli kantong yang terbuat dari kertas atau bahan-bahan lain yang bisa didaur ulang dari toko tersebut.

Demikian pengumuman Dewan Kota Los Angeles dalam aturan baru yang akan diberlakukan di kota terbesar kedua di AS setelah New York itu seperti diberitakan AFP, Rabu (23/7/2008). Los Angeles berpenduduk sekitar 4 juta jiwa.

Larangan kantung plastik ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah 2,3 miliar kantong plastik yang tersebar setiap tahun. Kantong plastik itu telah mengotori tempat-tempat pembuangan sampah untuk waktu yang lama.

San Francisco, 600 kilometer sebelah utara Los Angeles pada tahun 2007 menjadi kota pertama di AS yang menerapkan larangan kantong plastik dari toko-toko. San Francisco dan Los Angeles sama-sama terletak di negara bagian California.

Aturan kedua kota itu dimaksudkan untuk mendesak para pembuat hukum di California yang sedang mempertimbangkan RUU untuk menghapuskan kantong plastik di seluruh negara bagian tersebut mulai 2012 mendatang.

Beberapa negara di dunia juga telah mengadopsi larangan kantong plastik.(ita/ana)

Read More......

Peringatan tentang kantong plastik “kresek”

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
Jalan Percetakan Negara 23, Jakarta 10560 Indonesia
Telephone: 62-21 – 4244688, Fax. : 62-21 – 4250764
PERINGATAN PUBLIK / PUBLIC WARNING TENTANG KANTONG PLASTIK “KRESEK”

Nomor: KH.00.02.1.55.2890
Tanggal : 14 Juli 2009
Menindaklanjuti hasil pengawasan terhadap kantong plastik kresek, Badan POM RI
perlu mengeluarkan peringatan kepada publik sebagai berikut:
1. Kantong plastik kresek berwarna terutama hitam kebanyakan merupakan produk daur ulang yang sering digunakan untuk mewadahi makanan
2. Dalam proses daur ulang tersebut riwayat penggunaan sebelumnya tidak diketahui, apakah bekas wadah pestisida, limbah rumah sakit, kotoran hewan atau manusia, limbah logam berat, dll. Dalam proses tersebut juga ditambahkan berbagai bahan kimia yang menambah dampak bahayanya bagi kesehatan.
3. Jangan menggunakan kantong plastik kresek daur ulang tersebut untuk mewadahi langsung makanan siap santap.
4. Bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Layanan Pengaduan Konsumen Badan POM RI dengan nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau e-mail ulpk@pom.go.id dan ulpkbadanpom@yahoo.com atau melihat di website Badan POM, www.pom.go.id
5. Demikian peringatan ini disampaikan untuk disebarluaskan.

Read More......

Si Hitam Yang Menyeramkan

Senin, 06 Juli 2009 | 10:39 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta -Hitam kerap menjadi simbol sesuatu yang tidak benar, jahat, dan hal negatif lain. Putih sebaliknya. Dalam dunia plastik, walaupun tak 100 persen telak seperti itu, warna menjadi sebuah pertanda.

Yadi Haryadi, ahli pangan dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor, menyebutkan, plastik hitam yang ditemukan dalam bentuk tas kantong keresek sehari-hari merupakan jenis plastik yang rendah tingkatannya. “Bahannya saja dari campuran berbagai jenis plastik sehingga warnanya hitam begitu,” ujarnya. Kandungan berbahayanya lebih banyak dibanding jenis plastik lain.

Padahal tas keresek hitam adalah jenis plastik yang mudah ditemukan di mana pun. Tak jarang pula fungsinya bukan sebagai tas, melainkan sebagai wadah makanan. Tengoklah ketika kita membeli jajanan gorengan. Si penjual tanpa bertanya langsung mencemplungkan makanan yang masih panas dan berminyak itu ke dalam wadah hitam kelam tersebut.

Yadi pun menyebutkan, plastik membahayakan kesehatan karena bahan kimia dari plastik berpindah ke makanan. Proses ini disebut migrasi dan dipercepat oleh tiga hal: panas, minyak, serta waktu. “Makin tinggi panasnya, makin cepat migrasinya dan makin banyak (racunnya),” ia mengungkapkan dalam sebuah diskusi beberapa waktu yang lalu. Minyak termasuk bahan yang cepat melarutkan komponen-komponen plastik. Bila hal ini berlangsung terus-menerus, semakin banyak bahan kimia yang bermigrasi. Peluang migrasi juga semakin tinggi bila plastik bersentuhan dengan makanan berlemak, asam, asin, dan berbentuk makanan semipadat, seperti kue basah.

Yadi menjelaskan, bila bahan kimia itu masuk ke makanan, bahan itu dapat masuk ke dalam tubuh ketika kita mengkonsumsinya. Jika hal itu berlangsung terus-menerus, akan menyebabkan gangguan kesehatan. Bahkan sejumlah studi menyebutkan, bahan kimia itu bisa memicu kanker jika dikonsumsi terus-menerus. Memang tak semua jenis plastik memiliki bahaya yang sama.

Plastik beragam jenisnya. Dilihat dari proses daur ulangnya, ada plastik tanpa tanda khusus, yang dikenal dengan tiga anak panah yang berbentuk segitiga dan di bagian tengahnya tertera angka. Tanda ini, menurut Ir Wawas Swathatafrijiah, Kepala Sentra Teknologi Polimer Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, sebenarnya tidak menunjukkan segi keamanannya, seperti yang diyakini orang kebanyakan. Ada beberapa kelompok dari kategori ini yang tergolong aman untuk wadah makanan dan minuman, yaitu 1, 2, 4, dan 5. Atau polyethylene terephthalate (PET), yang biasa digunakan untuk botol minuman, high-density polyethylene untuk botol susu dan botol cairan pembersih, low density polyethylene untuk kantong belanja, serta polypropylene, yang bisa ditemukan untuk wadah margarin dan makanan yang aman dalam microwave.

Konsumsi tertinggi di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Ia menyatakan negara-negara Eropa mampu berdamai dengan tingkat konsumsi plastik yang begitu tinggi karena proses daur ulang plastik telah dilakukan secara intensif. Sampah plastik pun bukan masalah.

Read More......

“Biodegradable” “Plastik” Pembungkus yang Bisa Dimakan

Pada 24 Juli 1868, John Wesley Hyatt tersenyum lebar. Itulah hari kemenangannya. Temuan terbaru ilmuwan Amerika itu keluar sebagai jawara sebuah lomba penciptaan benda anyar yang murah sekaligus ringan untuk alat-alat permainan. Di kemudian hari, kita mengenal temuan Hyatt itu sebagai plastik.

Kini, lebih dari 200 tahun kemudian, plastik telah menjadi bagian teramat penting dalam peradaban modern, khususnya di dunia perindustrian. Karena berbagai keunggulan yang dimiliki, seperti kuat, ringan, dan stabil, plastik digunakan di hampir semua produk buatan manusia, mulai dari bungkus makanan ringan yang dijual di pinggir jalan sampai dengan bermacam barang mewah yang menghiasi pusat-pusat pertokoan megapolitan.

Senyum Hyatt boleh jadi makin lebar mengetahui kenyataan ini. Plastik telah memberi banyak kemudahan dan kenyamanan kepada manusia yang pada awal milenium kedua ini telah mencapai angka 6 miliar lebih. Tetapi bisa jadi dia pun banyak menggelengkan kepala mengetahui betapa besar dampak buruk yang disebabkan oleh temuan fenomenalnya. Plastik pun menampakkan sisi destruktifnya.

Eksploitasi sumber daya alam dan energi secara besar-besaran berakibat terciptanya sampah yang menumpuk dalam jumlah masif. Di antara sampah tersebut, sampah plastik merupakan salah satu yang paling sulit ditangani. Plastik sukar terurai oleh mikroorganisme dalam tanah sehingga berpotensi menyebabkan masalah lingkungan serius berskala global.
Langsung cemplung

Jika plastik Hyatt tercipta dalam senyum lebar kemenangan, plastik biodegradable muncul dari keprihatinan terhadap makin rusaknya lingkungan hidup. Makin tak terkendalinya pencemaran oleh gunung sampah plastik yang tak terurai melahirkan berbagai usaha perbaikan. Selain pendekatan daur ulang dan teknologi pengolahan sampah plastik, alternatif lain adalah bahan baru yang disebut plastik biodegradable.

Plastik biodegradable adalah plastik yang dapat digunakan layaknya seperti plastik konvensional, namun akan hancur terurai oleh aktivitas mikroorganisme setelah habis terpakai dan dibuang ke lingkungan. Ada dua bahan baku utama yang dapat dipakai dalam pembuatan plastik biodegradable, yakni petrokimia dan produk tanaman seperti pati dan selulosa. Produk terakhir inilah yang dewasa ini banyak dikembangkan, khususnya di lingkungan perguruan tinggi.

Salah satu penelitian tentang pemanfaatan pati ubi kayu sebagai bahan plastik biodegradable dilakukan oleh lima mahasiswa Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknik Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), yakni Mujiono, Galih Nugroho, Suhendri, Wahyu Prasetiawati, dan Tomi Ertanti. Di bawah bimbingan dosen Feri Kusnandar, kelima mahasiswa semester VI tersebut melakukan penelitian selama enam bulan terakhir. Pati ubi kayu mereka pilih sebagai bahan baku.

“Ubi kayu kami pilih karena tumbuhan ini banyak ditemui di Indonesia sehingga bisa diharapkan pasokan yang stabil,” ujar Mujiono. Dengan mengambil judul “Aplikasi Edibel Film Komposit dari Pati Ubi Kayu Sebagai Kemasan Ramah Lingkungan”, hasil penelitian Mujiono dan keempat temannya ini berhasil menembus babak final Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dalam Pekan Ilmiah Nasional yang digelar di Semarang akhir pekan lalu.

Pati punya peranan yang sangat besar dalam menentukan sifat-sifat produk pangan. Pati mampu berinteraksi dengan senyawa-senyawa lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga berpengaruh pada aplikasi proses, mutu, dan penerimaan produk. Salah satu fungsi pati yang dieksploitasi tim IPB ini adalah kemampuannya dijadikan bahan pelapis yang dapat dimakan (edible film).

Edible film adalah lapisan tipis dan kontinu yang terbuat dari bahan-bahan yang dapat dimakan, dibentuk melapisi komponen makanan (coating) atau diletakkan di antara komponen makanan (film). Prinsip pembentukan edible film adalah interaksi rantai polimer menghasilkan agregat polimer yang lebih besar dan stabil.

Oleh tim IPB, penelitian edible film secara spesifik dilakukan untuk mencari pengganti plastik pembungkus bumbu kering, sebagaimana terdapat dalam berbagai jenis mi instan. “Bayangkan berapa banyak bungkus bumbu plastik yang yang selama ini terbuang menjadi sampah. Dengan plastik biodegradable, bungkus bumbu tidak jadi sampah, tetapi langsung cemplung. Ikut dimasak dan dimakan,” kata Wahyu Prasetiawati.

Selain pati ubi kayu, untuk membuat edible film dibutuhkan karagenan, lilin madu (beeswax), dan gliserol. Diolah dari rumput laut, karagenan berfungsi sebagai bahan penstabil sistem emulsi produk makanan. Komposisi keempat bahan saat dicampurkan ke dalam air adalah 0,7 persen pati ubi kayu, 2,5 persen karagenan, o,5 persen rumah madu, dan 1 persen gliserol.
Edible film dibuat melalui beberapa tahap. Pertama, air dipanaskan hingga mencapai suhu 40 derajat Celsius. Karagenan dimasukkan dan disusul kemudian pati ubi kayu. Suhu lantas dinaikkan menjadi 90 derajat Celsius dan gliserol dimasukkan. Sesudah itu, larutan didinginkan hingga 50 derajat Celsius, kemudian dinaikkan lagi ke 64 derajat Celsius. Terakhir, masukkan lilin madu.

Tahap berikutnya, larutan dipanaskan hingga mendidih, dan kemudian diaduk. Selang beberapa lama, larutan dituang ke cetakan (plate) untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam oven bersuhu 5o derajat Celsius selama satu jam. Sebagai tahap penghabisan, hasil cetakan dikeluarkan dan dibiarkan berada pada suhu ruangan hingga kering. Sesudahnya, bumbu dimasukkan dan lembar cetakan di-seal sebagaimana plastik konvensional.
Masih laboratorium

Di negara-negara maju, plastik biodegradable sudah menjadi tren baru dan mulai diproduksi secara masal untuk konsumsi industri. Di Indonesia, sayangnya, penelitian masih sebatas skala laboratorium. Dunia industri belum mau melirik. Kenyataan ini disadari benar oleh tim IPB. Untuk itulah, selama penelitian mereka merintis kerja sama dengan salah satu produsen bumbu di Jakarta, PT Sentra Nusantara Abadi. Industri plastik biodegradable tidak tersangkalkan akan berkembang menjadi industri besar di masa yang akan datang. Jika pada 1999 produksi plastik biodegradable hanya 2.500 ton atau 1/10.000 dari total produksi bahan plastik sintetis, Japan Biodegradable Plastic Society memproyeksikan pada 2010 nanti, produksi plastik biodegradable akan mencapai 1.200.000 ton atau menjadi 1/10 dari total produksi bahan plastik.

Dengan menangkap peluang ini, pantaslah kita berharap bumi makin hijau. Dengan kekayaan alam yang melimpah, diharapkan banyak bermunculan penelitian dan produksi plastik biodegradable. Selain ubi kayu, di tanah kita tumbuh subur umbi kimpul, iles-iles, suweg, ganyong, gadung, dan yang tengah banyak diteliti, bonggol pisang. Nah, apalagi yang ditunggu? (Ag. Tri Joko Her Riadi)***
Disadur dari Pikiran Rakyat, 15 Juli 2009

Read More......

Plastik Biodegradable Membusuk dalam 7 Minggu

Selama berabad-abad, plastik konvensional dituding sebagai biang pencemaran lingkungan karena tidak membusuk di dalam tanah. Namun, saat ini sudah dikembangkan plastik biodegradable yang ramah lingkungan karena mudah melebur di tanah.

Plastik yang dimaksud dibuat dari material yang disebut polyhydroxybutyrate atau disingkat PHB. Material tersebut berasal dari senyawa organik yang diproduksi bakteri, tidak seperti plastik biasa yang dibuat dari minyak bumi.


PHB sudah banyak digunakan pada berbagai produk kemasan seperti botol minuman ringan hingga peralatan medis. Meskipun telah dikomersilkan sejak tahun 1980-an, penggunaannya masih terbatas karena sifatnya yang rapuh dan tidak dapat ditentukan masa urainya. Sebagai gantinya, para ilmuwan di Unversitas Cornell, New York, AS telah merekayasa agar plastik PHB lebih kuat dan cepat terurai. Kuncinya berada pada partikel lempung berdiameter beberapa nanometer (sepermiliar meter).

Partikel-partikel berukuran sangat kecil ini ditambahkan pada senyawa tersebut agar membantu proses kristalisasi yang memperkuat plastik. Di sisi lain, partikel-partikel tersebut juga bekerja sebagai katalis yang membantu degradasi saat di dalam tanah.

Plastik hibrida ini terbukti dapat terurai di ruang pengomposan dalam waktu tujuh minggu. Bahkan, kemampuan degradasinya dapat dikendalikan dengan mengatur komposisi partikel-partikel nano. Dengan waktu yang sama, plastik biasa tak akan rusak sama sekali. “(Plastik PHB) akan semakin penting perannya saat kita menghindari ekonomi berbasis minyak bumi,” ujar Emmanuel Giannelis, ilmuwan material di Cornell. Penggunaan PHB akan semakin meluas karena sekuat plastik konvensional dan ramah lingkungan. Giannelis dan koleganya melaporkan hasil terobosannya dalam jurnal Biomacromolecules edisi terbaru.(PHYSORG/WAH)
Kompas, 6 juli 2009

Read More......